Selaluseru - Pernah dengar soal slime? Mainan
yang bisa molor seperti karet ini mencuri perhatian banyak orang
sepanjang tahun 2016 ini. Teksturnya seperti karet, warnanya beragam,
dan dijual dengan berbagai bentuk. Tidak heran jika mainan ini selalu
laris manis diborong pembeli di acara-acara bazaar maupun secara online.
Almeyda Nayara adalah gadis cilik di balik popularitas slime di Indonesia.
Dia baru duduk di kelas 4 SD. Namun,
insting bisnisnya tergolong tajam. Terbukti dia bisa mencium kesempatan
bisnis dari sebuah mainan sejenis jelly yang lebih dikenal slime. Semua berawal
ketika suatu hari seorang kakak kelas membawakan mainan tersebut. Dia
langsung tertarik dan mencoba membuatnya sendiri di rumah. Berbekal uang
50.000 rupiah yang ia minta dari sang ibu, Naya membeli semua
bahan-bahan untuk membuat slime.
Dia pun belajar caranya dari tutorial di YouTube.
Sang ibu sempat marah karena tidak
menyukai apa yang dilakukan putrinya. Naya tidak putus asa dan membuat
slime secara diam-diam di kamar mandi. Setelah beberapa kali gagal,
akhirnya dia memberanikan diri untuk menjual slime karyanya kepada teman-temannya di sekolah. Kala itu, satu gelas slime dihargai 8.000 rupiah.
Merambah Instagram sebagai media berjualan.
Tidak hanya berjualan dari kelas ke kelas
di sekolahnya, Naya memutuskan untuk memanfaatkan teknologi agar
jualannya bisa meningkat. Dia akhirnya memilih Instagram mengingat
fenomena online shop yang sangat kuat dalam dunia usaha.
Pertama kali membuat akun Instagram, Naya mengaku hanya memiliki followers 12 orang yang terdiri dari saudara-saudaranya. Dia pun meminta teman-temannya untuk mempromosikan akunnya dan dari situ slime karyanya menjadi viral. Saat ini ada lebih dari 200.000 ribu orang menjadi followers Naya di Instagram.
Karena semakin terkenal, Naya pun mulai
berinovasi. Dia tidak hanya menjual slime biasa yang disimpan dalam
gelas plastik kecil. Berbagai bentuk mainan molor ini dapat dibeli
melalui akun Instagram-nya: nayaslime18. Ada bentuk jagung, semangka,
serta boneka-boneka lucu yang tidak akan rusak meski diremas-remas.
Mainan ini pun tak pernah sepi peminat.
Meski menjadi jutawan cilik, Naya tidak lupa bersedekah.
Sang ibu mengakui bahwa
dalam sebulan, Naya bisa mendapat penghasilan kotor sebesar 60 juta
rupiah. Dari angka itu, keuntungan bersihnya adalah sekitar 35 hingga 40
juta rupiah. Meski telah mengantongi banyak uang di usia dini, Naya
tidak lantas berfoya-foya. Dia justru sangat berkomitmen menyisihkan 30
sampai 40 persen penghasilan untuk bersedekah.
Jiwa sosialnya ini tumbuh bahkan sebelum
penghasilannya mencapai angka jutaan. Saat masih berjualan di sekolah,
Naya sudah mulai menyedekahkan uang hasil jualan untuk membelikan buku
iqra' dan Al Quran bagi Tempat Pendidikan Al Quran di belakang rumahnya.
Kini, Naya pun menabung untuk tujuan yang tidak kalah mulia, yakni,
mendirikan pesantren serta membeli mobil ambulans dan mobil jenazah
untuk masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Kemarin (31/10/2016) Naya mengunggah
sebuah foto di Instagram-nya yang memperlihatkan dirinya bersama dengan
seseorang yang dipanggil Om Jack. Pria yang tinggal di Jawa Barat itu
rupanya adalah seorang tukang parkir sejak tahun 1992. Meski berprofesi
sebagai juru parkir, tapi rupanya Om Jack memiliki sebuah sekolah gratis
untuk anak anak tidak mampu di Rancaekek, Jawa Barat. Naya sendiri
mengaku sangat terinspirasi olehnya.
Cerita Naya mengajari betapa pentingnya pendidikan entrepeneurship, kebebasan
berkreativitas, serta bimbingan orangtua untuk diterapkan sejak dini
kepada anak-anak. Semoga akan lahir Naya-Naya berikutnya yang bisa
berkontribusi positif kepada keluarga, lingkungan dan negara.
0 komentar:
Post a Comment